Cara Mengatasi Rasa Kecewa

gambar sedih dan kecewa

Apa Itu Kecewa?

Dari mana datangnya rasa kecewa? Hari ini Sehatjiwaraga akan membahas mengenai apa yang membuat kita kecewa dan bagaimana cara mengatasi rasa kecewa itu. Kecewa itu sifat yang ada pada jiwa setiap orang yang hidup yang muncul pada saat apa yang diterima tidak sama dengan yang diharapkan. Kalau kita memakai rumus matematika atau rumus fisika penulisannya adalah harapan dikurang kenyataan sama dengan kecewa.
Suatu contoh dalam kehidupan dalam berumah tangga, misalnya istri kecewa dengan sikap suami merupakan potret kehidupan yang sering kita lihat dan dengar di tengah – tengah masyarakat di zaman yang serba digital ini. Setiap manusia pasti memiliki keluarga, baik itu keluarga inti maupun keluarga besar. Berkeluarga itu tidak ada sekolahnya, menjalin hubungan yang baik dalam keluarga tidak ada sekolahnya, berbeda kalau kita ingin jadi seorang pengusaha sukses, atau ingin memiliki profesi yang yang ada di struktur perusahaan, lembaga atau instansi pasti ada sekolahnya, pasti ada kejuruannya di kampus. Tapi membina rumah tangga atau menjalin hubungan yang baik di dalam keluarga tidak ada sekolahnya, tidak ada tempat dimana kita bisa datang duduk dengar dan belajar di jurusan keluarga atau fakultas kekeluargaan. Dan oleh sebab itu, baik kalau kemudian, di rumah ibadah sesuai dengan keyakinan kita masing – masing kita diajarkan, dididik, dan dibimbing mengenai nilai – nilai bagaimana caranya membina keluarga atau menjalin hubungan yang baik di dalam keluarga kita baik itu yang dekat dengan kita maupun yang jauh keberadaannya dari kita. Pada hakikatnya kita semua dalam satu keluarga pasti saling mencintai, tetapi pasti ada kalanya kita diperhadapkan pada situasi bertengkar, berdebat dan terjadi konflik di dalam keluarga.

BACA JUGA : PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN SELURUH TUBUH

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Kecewa

Kita perlu tahu bahwa berbeda pendapat bukan berarti bermusuhan atau bukan berarti keluarga kita keluarga gagal. Yang menjadi permasalahannya sebenarnya bukan berbeda pendapatnya, melainkan cara kita, perspektif kita menanggapi apa yang terjadi. Kalau kita sekarang berada dalam situasi konflik di dalam keluarga kita coba kita merenung sebentar, pikirkan sejenak apa yang harus dilakukan jika kita kecewa di dalam hidup ini. Mengapa manusia langsung kecewa apabila tidak menemukan apa yang diharapkan? Rasa kecewa sebenarnya biasa, yang tidak biasa adalah kalau kita terus larut dalam kekecewaan, dan itulah yang harus segera disingkirkan jauh – jauh dari hidup kita sekalipun tidak semudah yang kita pikirkan dan kita ucapkan.

Ada banyak orang yang tidak menyadari akan pentingnya mengatur pengharapan, dengan tetap menata hati agar tidak mudah kecewa. Kebanyakan orang sering mengatur pengharapannya pada sesuatu yang kelihatan saja seperti kepada harta benda, kepada orang – orang kuat dan berprofesi tinggi, mengandalkan keuangannya, mengandalkan pengetahuannya dan mengandalkan yang sebagainya. Sebenarnya tidak salah dengan yang kelihatan itu semua karena semuanya itu diperlukan dalam kehidupan ini. Yang menjadi persoalannya adalah jika manusia hanya berorientasi pada sesuatu yang kelihatan saja tanpa melibatkan adanya Sang Pencipta segalanya yang tidak kelihatan namun melihat dan mendengar segala tindak tanduk manusia. Manusia sering terlena dan bahkan tidak menyadari bahwa Tuhanlah yang memberikan segala yang kelihatan di dunia ini.

Coba kita bayangkan apabila semua yang kelihatan yang kita andalkan tersebut sudah tidak dapat menolong kita lagi.

Manusia sering lupa bahkan ada yang tidak tahu bahwa kehidupan itu terdiri dari raga, jiwa dan roh. Hanya mengakui raga dan jiwa saja tanpa mau mengerti apa itu roh dan bagaimana manifestasinya dalam kehidupan ini.

Adalah suatu keindahan yang memberikan hati damai, senang dan bahkan terharu bila melihat orang yang sudah mapan dalam ekonomi dan keuangannya namun tetap menjalani ajaran – ajaran agamanya dan rutin mengikuti kegiatan agamanya, yang terus memiliki relationship dengan Sang Pencipta segalanya. Orang seperti ini cenderung mampu menata hatinya, tidak mudah kecewa.

Lalu, apa cara yang ampuh untuk mengatasi kekecewaan di dalam hidup ini?

Berikut ini ada beberapa point yang harus kita terapkan untuk mengatasi rasa kecewa :

  1. Tenangkan diri, jika kita mulai marah, katakan dengan sopan kita ingin keluar sebentar. Adalah lebih baik menjauhkan diri daripada masuk ke dalam situasi konflik, apalagi di dalam perdebatan dan pertikaian ada konflik kepentingan di dalamnya. Kita menjauhkan diri bukan berarti kita lari dari masalah atau tidak mau membahasnya, tapi lebih baik tenangkan diri, mohon petunjuk / hidayat dari Tuhan. Membuka pertengkaran adalah seperti membuka jalan air, jadi undurlah sebelum perbantahan mulai ( Amsal )
  2. Belajarlah melihat konflik dari sudut pandang orang lain. Kita harus tahu apa yang menjadi akar dari sebuah konflik.

Pada umumnya penyebab dari terjadinya konflik adalah karena adanya keinginan yang tidak terpenuhi, iri hati / cemburu, dan mementingkan diri sendiri. Oleh karenanya belajarlah melihat konflik dari perspektif orang lain, jangan memaksakan keinginan diri kita sendiri.

  1. Tidak membalas marah dengan marah. Pertengkaran bisa terjadi biasanya karena ada dua orang yang berbeda pendapat.

Namun bila satu orang mulai diam dan mendengarkan, suasananya bisa menjadi tenang dan damai. Jangan terpancing untuk membalas dengan marah. Lepaskan pengampunan, maafkan orang yang bersalah kepada Anda meskipun orang tersebut tidak datang meminta maaf kepada Anda.

  1. Berbicaralah dengan lembut. Jangan menyalahkan, menyindir, atau mengungkit – ungkit kesalahan orang lain yang sudah berlalu atau bahkan sudah lama sekali. Jangan pernah menghina, mengancam, apalagi mendorong, menampar atau melakukan kekerasan fisik lainnya.
  2. Jangan gengsi untuk minta maaf. Ingatlah bahwa tujuan hidup ini adalah untuk berdamai, damai untuk diri sendiri, damai kepada Tuhan dan damai dengan sesama.

Miliki prinsip ” Jika saya berdamai maka kami berdualah yang menang ” , ” mengalah bukan berarti kalah ” ,

Baca Juga : Refleksi Diri Dan Latihan Pengenalan Diri

Sekalipun kita yakin kalau kita tidak bersalah, tapi karena bantahan kita, sanggahan kita mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain saat kita membantah, itu yang menyebabkan perdebatan tidak berhenti akhirnya kedua belah pihak sama – sama kecewa. Kita tahu bahwa mengucapkan kata – kata yang tidak tepat di waktu yang salah bisa menyebabkan pertengkaran.

Yang awalnya obrolan – obrolan ringan dan santai bisa jadi berakhir jadi beradu mulut. karena memang, kita semua pasti pernah yang namanya salah ngomong, salah ngucap. Oleh karenanya kesalahpahaman bisa saja terjadi di sekitar kita tetapi keluarga tetaplah keluarga.

Jadi kalau takut salah ngomong, lantas apakah kita mesti banyak diam, tidak ada obrolan lagi?

Ingatlah, bahwa segala sesuatu yang didiamkan maka akan cenderung menurun kondisinya. Bicarakan segala seseuatu secara kekeluargaan, perbanyak kegiatan – kegiatan rohani sesuai dengan keyakinan kita masing – masing.

Jalinlah relationship yang baik di dalam keluarga dan bermasyarakat. Jangan ada istilah ” pembiaran ” .

Buang semua rasa kecewa dari hati kita masing – masing dan tataplah hari esok yang lebih baik.

Masa depan kita tidak ada di depan kita, kita jangan salah, masa depan kita ada di dalam diri kita masing – masing.

Satu hal lagi yang sangat penting, bahwa apapun yang Anda lakukan hari ini menentukan nasib masa depan Anda kelak.

Salam damai dari sehatjiwaraga.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
2 the terms of use and privacy policy contained on the website may be changed or.