Ada banyak pengaruh usia paruh baya dalam kehidupan ini bila seseorang sedang memasuki usia empat puluh tahun ke atas, baik secara fisik maupun secara kejiwaan. Setiap orang yang mendapat nikmat Allah dengan umur yang panjang tentu akan memasuki dan menjalani usia paruh baya selama perjalanan hidup manusia dari sejak lahir hingga lanjut usia.
Berikut ini akan dikupas khusus perubahan – perubahan pada tahapan perkembangan usia dewasa menengah yang mencakup usia 40 – 60 tahun. Pada tahapan perkembangan pria maupun wanita dewasa perlu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada dirinya.
Usia 40 – 60 tahun, usia dewasa menengah adalah masa peralihan dari masa dewasa awal ke masa tua, di mana kegelisahan dan kebingungan timbul kembali, Seperti halnya masa remaja yang penuh kegelisahan dan kebingungan, demikian pula yang terjadi pada masa dewasa menengah. Tetapi, bila pada masa remaja hal ini terjadi lebih karena para remaja masih mencan dan ingin menemukan dirinya yang mantap, pada masa dewasa menengah kebingungan dan kegelisahan ini terjadi karena pada masa ini mulailah masa dari akhir hidup seseorang. Individu dalam masa ini memang tidak muda lagi, namun bukan juga usia, hal mana menyebabkan mereka tak tahu di mana tempat mereka di dunia ini. Banyak orang sukar menerima kenyataan bahwa mereka telah memasuki masa tua, telah mulai menjadi tua walaupun tanggal, kalender, bayangan dalam cerrnin telah mengingatkannya.
Usia 40 – 60 tahun adalah tahun perubahan di mana banyak terjadi perubahan – perubahan dalam keadaan fisik dan psikis seseorang, kondisi jiwa dan raga menjadi terasa semakin mundur. Pada masa Ini, wanita mulai kehilangan kesuburannya. Keluhan karena mudah lupa menjadi semakin sering, perasaan penat dan lelah, tubuh dan otot yang kaku sepertinya mulai menjadi bagian dari hidup. Hal Ini terjadi baik pada pria maupun wanita.
Ciri-ciri psikologis usia dewasa menengah
1. Masa Yang Ditakuti.
Masa ini Senng ditakuti terutama karena adanya anggapan – anggapan yang salah. Orang awam sering berpendapat bahwa pada usia ini terjadi perubahan besar dalam hidup yang berakibat tamatnya kebahagiaan bagi wanita karena ketidaksanggupannya lagi untuk reproduksi.
Bagi pria, masa ini berarti berkurangnya kelanggengan vitalitas fisik dan seksual. Berarti, baik pada pria maupun wanita, terdapat ketakutan akan kehilangan daya tarik seksual.
Dengan bertambahnya umur, anak -anak pun akan pergi dari rumah mereka untuk berdiri sendiri, untuk membangun keluarganya sendiri, dan ini berarti bahwa kehidupan keluarga akan menjadi sepi. Orang tua sering merasa kehilangan fungsinya dan merasa dirinya menjadi tidak berguna. Pasangan suami – istri harus mulai membiasakan diri mereka untuk hidup berdua kembali.
Hal-hal di atas di antaranya menjadi sebab timbulnya rasa takut. Kepercayaan – kepercayaan tradisional mengenal kemunduran fisik dan psikis yang menyertai berkurangnya dan berhentinya kemampuan reproduksi dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat untuk mengagungkan “masa muda”, mempengaruhi sikap individu secara negatif dalam menghadapi masa pertengahan ini.
2. Masa Pertengahan Masa
Masa pertengahan masa transisi, masa peralihan, usia menengah merupakan peralihan dan tahap dewasa awal ke tahap tua: individu mulai memasuki kehidupan di mana kekuatan fisik serta kemudian kekuatan mentalnya mulai mundur.
Wanita dalam masa ini mengalami menopause, Ia kehilangan kemampuan reproduksi, pria mengalami perubahan dalam kejantanannya. Dengan perubahan – perubahan ini, Individu harus belajar pola – pola tingkah laku baru dan peran – peran baru.
Masyarakat mengharapkan bahwa seseorang yang berada pada masa dewasa menengah berpikir dan bertindak lain dari seseorang yang masih berada pada masa awal dewasa. Tentu perubahan – perubahan ini mengandung terlibatnya emosi.
3. Usia Pertengahan, Usia Penyesuaian Kembali (Disekullibrium – Ekullibrium)
Penyesuaian terhadap perubahan peran lebih sukar dari pada penyesuaian terhadap perubahan kondisi fisik. Penyesuaian terhadap perubahan peran dan perubahan pola hidup yang disebabkan oleh adanya perubahan lisik bisa mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang. Menurut Mainer ada hal-hal yang bisa menimbulkan ketidakseimbangan tersebut, yaitu:
– Ketegangan somatis, yaitu adanya tanda-tanda ketuaan yang terlihat dari keadaan fisik.
– Ketegangan kebudayaan, ya-itu kebudayaan yang menganggap bahwa yang baik adalah pemuda yang kuat dan berhasil.
– Ketegangan ekonomik, yaitu adanya tuntutan ekonomi dari keluarga sehubungan dengan kebutuhan pendidikan anak-anak dan status simbol dari keluarga.
– Ketegangan psikologis, bisa disebabkan karena kehilangan pasangan seperti kematian atau perceraian, ditinggalkan anak karena menikah, karena karier atau adanya perasaan bosan terhadap kehidupan perkawinan yang rutin dan monoton, atau adanya perasaan tidak muda lagi.
4. Usia Dewasa Menengah
Merupakan “Usia berbahaya” interpretasi dari “usia berbahaya” sering dikaitkan dengan kaum pria yang Ingin mencoba membuktikan seseorang masih mampu bekerja keras sebelum masa tua tiba.
Masa pertengahan juga usia berbahaya karena ada kecenderungan bekerja terlalu giat, berpikir berlebih-lebihan atau hidup seenaknya, padahal fisiknya tak mengizinkan lagi. Sakit fisik maupun mental bisa menjadi akibatnya.
Usia menengah merupakan masa adanya sinkronisasi yang tidak menguntungkan dari perubahan – perubahan hidup dunia wanita dengan pemberontakan terhadap usia menengah kaum pria.
5. Usia Canggung
Sama halnya seperti masa remaja anak yang sedang mempersiapkan dari masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa, demikian juga seorang usia dewasa menengah, muda tidak lagi tapi tua juga belum begitu tua,begitulah kalimat sederhananya. Jadi dua-duanya berada “di antara”. Individu akan merasa canggung tak tahu bagaimana membawa dirinya. Memang ada pria maupun wanita yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa mereka masih muda belum sampai pada usia menengah dengan ucapan, tingkah laku atau cara berpakaian.
6. Usia Masa Dewasa
Usia dewasa menengah adalah masa pencapaian, masa prestasi. Pada usia 40 tahunan individu sudah cukup berpengalaman melalui pendidikan dan hubungan – hubungan Interpersonal, untuk mengembangkan nilai-nilai dan pendapat kokoh tentang hubungan – hubungan sosial atau status sosial.