Sehat Jiwa Raga EDUCATION Bijak Mengatur Gaji Bulanan

Bijak Mengatur Gaji Bulanan

PENGERTIAN ANGGARAN

Berbicara soal gaji bulanan tentu tidak lepas dari pembahasan mengenai anggaran. Secara sederhana, anggaran dapat didefinisikan sebagal rencana dalam bentuk kuantitatif berupa nominal atau angka, yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Namun untuk anggaran pribadi, secara umum manfaatnya adalah mengendalikan pengeluaran. Untuk perorangan, umumnya penerimaan atau pemasukan berasal dari satu atau dua sumber saja, sedangkan pengeluaran sangat beragam, dan kenaikan harga kebutuhan pokok serta barang – barang penting di dalam rumah tangga harus diperhitungkan dengan bijaksana. Perbedaan yang mencolok antara anggaran perusahaan dan pribadi adalah pada penerimaan dan pendapatan. Jadi, lebih dulu ada biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat barang atau memberikan jasa. Dari biaya yang timbul itulah harga jual barang dibentuk untuk menghasilkan margin keuntungan tertentu. Sebaliknya, anggaran pribadi justru harus dibuat dari pendapatan dulu, baru kemudian diatur pengeluarannya selama periode tertentu, sehingga Anda tidak perlu tekor dan ngutang ke sana – sini.

Kita ambil contoh, sebut saja Arif, seorang karyawan yang memiliki penghasilan yang ia terima tiap bulan besarnya Rp 6.000.000. Setiap akhir bulan, Arif dan istrinya membuat rencana pengeluaran, yang mereka bagi menjadi lima kategori utama: pengeluaran tetap, pengeluaran variabel – prioritas, pengeluaran variabel – non prioritas, pengeluaran tidak terduga, dan dana cadangan. Yang termasuk dalam kategori pengeluaran tetap adalah biaya rutin dalam rumah tangga seperti belanja dapur, air minum, pembayaran PLN, biaya telepon, pembayaran cicilan properti, cicilan motor. Untuk cicilan rumah, Arif harus mengeluarkan Rp. 1.500.000 per bulan, air minum dan paket telepon plus internet sebesar Rp.500.000 dan belanja dapur kurang lebih sebesar Rp. 1.000.000, sehingga jumlah total pengeluaran tetapnya sebesar Rp. 3.000.000 atau sama dengan 50 persen dari penghasilan keseluruhan yang Arif terima setiap bulan.

Sisa 50 persennya dialokasikan menurut persentase, yakni 20 persen untuk pengeluaran variabel prioritas, 10 persen untuk kebutuhan variabel non prioritas, 10 persen untuk biaya tak terduga dan sisa 10 persen sebagai uang cadangan.
Yang termasuk dalam kategori pengeluaran variabel yang jumlah nominalnya sebesar Rp.1.200.000 (20 % × Rp.6.000.000) adalah biaya kesehatan keluarga, kebutuhan sekolah anak – anak, uang pegangan selama perjalanan berangkat dan pulang kerja, anggaran variabel non prioritas bergantung dari hasil pemikiran dan pertimbangan yang matang pada saat itu, anggaran belanja bulanan variabel non prioritas bisa mencakup pengeluaran kebutuhan istri, pengeluaran membeli jajanan, cemilan atau sejenisnya yang sifatnya untuk sekedar menikmati selera makanan atau minuman. Sedangkan kategori pengeluaran tidak terduga sebesar Rp 600.000 (10 % x Rp 6 juta) itu disiapkan untuk menampung biaya pesta keluarga, arisan, peralatan rumah dan reparasinya, perbaikan mobil, serta sederet keperluan lain, tergantung mana yang lebih dibutuhkan.

Dari seluruh gaji bulanan yang Arif terima, keluarga Arif mencadangkan sejumlah Rp 600.000(10 % x Rp 6 juta) sebagai uang cadangan atau bisa juga sebagai uang tabungan. Mengapa disebut cadangan? Sebab, dana ini tidak selalu disiapkan untuk tabungan saja, tapi juga dapat digunakan untuk keperluan yang sangat mendesak. Tambahan penghasilan yang diterima, misalnya berupa uang insentif, uang lembur, tunjangan hari raya dan bonus tahunan, atau bahkan bisa jadi uang hasil dari bisnis sampingan dapat digunakan untuk rencana khusus seperti tabungan “TAHAPAN” atau Tabungan Hari Depan, service dan atau perbaikan kendaraan serta rencana untuk biaya renovasi rumah.

Untuk mereka yang belum berkeluarga, sebetulnya anggaran seperti ini juga bisa diterapkan, mengingat kian banyak lajang yang sudah mencicil property seperti tanah dan atau bangunan meskipun belum berkeluarga. Kini jumlah pria dan wanita single yang telah membeli dan mendiami rumah pribadi terus bertambah. Dengan begitu, mereka juga harus memikirkan anggaran cicilan rumah, listrik, air, layaknya orang yang sudah berkeluarga.

Tentu ada anggaran yang belum perlu dikeluarkan oleh kaum lajang ini, seperti kebutuhan suami atau istri ataupun biaya kesehatan dan sekolah anak-anak. Nah, kelebihan dana ini sebaiknya dicadangkan ke dalam tabungan sebelum berpotensi mengalami kehabisan uang karena rekreasi atau keperluan sekunder yang tidak terlalu mendesak.

Pengaturan dana seketat ini tentunya tidak berlaku mutlak sampai mengganggu fleksibilitas hidup. Lagi pula, berat ringannya menerapkan anggaran ketat sangat bergantung pada kebiasaan. Bila Anda mencoba berdisiplin sejak awal, lama kelamaan pola anggaran ketat hanya jadi semacam rutinitas dan tidak lagi terasa berat.

Ada tiga manfaat yang dapat Anda petik dari kebiasaan menerapkan anggaran pribadi. Pertama, melatih diri sendiri untuk merencanakan segala tindakan yang akan dilakukan. Bila dilakukan secara rutin dan teratur, anggaran pribadi akan membuat orang terbiasa berpikir terencana dan mempertimbangkan prioritas. Bagi seorang karyawan ataupun wiraswasta, pola berpikir terencana jelas sangat mendukung karier dan perkembangan pribadinya yang dapat menentukan bagaimana kondisi ekonomi dan keuangan seseorang di masa yang akan datang.

Kedua, mengendalikan pengeluaran, barangkali terlalu riskan melakukan pemborosan-pemborosan di tengah zaman digitalisasi yang sulit dan arus kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak terduga ini. Jika pengeluaran tidak dikendalikan dengan baik, penghasilan sebesar apapun yang diperoleh setiap bulan pasti tidak akan cukup.
Kadang-kadang kita mendengar orang berkata, “Saya hanya akan berani boros bila saya kelak hidup kaya”. Ucapan ini sebetulnya kontradiktif dengan sebagian besar kenyataan yang ada. Mengapa demikian? Karena orang hanya dapat menjadi kaya bila mampu mengelola keuangannya dengan baik, dengan kata lain semakin pintar seseorang melakukan penghematan maka akan semakin besar peluang seseorang menjadi kaya. Yang kedua, kalau seseorang mengaku tidak berani boros, ini arti orang tersebut bisa berhemat tapi mengapa bisa mengeluh gaji kurang?
Anda bisa memulainya dengan membuat anggaran pribadi. Dengan budget pribadi, setiap pengeluaran akan ditunjang oleh tujuan yang pasti.

Ketiga, meningkatkan semangat menabung. Pada dasarnya, setiap orang ingin memiliki cadangan uang dalam bentuk simpanan yang dapat digunakan untuk keperluan khusus ataupun keperluan di masa yang akan datang. Namun, sangat sedikit orang berpenghasilan yang mampu mengelola uangnya hingga memiliki tabungan. Untuk itulah diperlukan anggaran pribadi yang mengalokasikan sebagian penghasilan untuk tabungan.
Umumnya, bila seseorang membuat perencanaan keuangannya dalam bentuk anggaran, ia tidak akan lupa mengalokasikan sebagian penghasilannya untuk ditabung. Jadi, semuanya merupakan bentuk kegiatan yang saling menunjang.

PERTIMBANGAN MATANG

Ilustrasi di atas tentu tak dapat diikuti sepenuhnya karena latar belakang ekonomi dan sosial setiap orang berbeda – beda. Tambah lagi, setiap orang memiliki kebutuhan, kondisi keuangan, dan karakter pribadi sendiri-sendiri, ada yang punya cicilan dan ada yang tidak punya cicilan sama sekali. Tapi, mengingat manfaat dari anggaran pribadi sangatlah besar, tidaklah keliru memulainya dengan mempertimbangkan langkah-langkah berikut ini :

Pertama, kenali dengan teliti semua kebutuhan Anda. Pada dasarnya, setiap orang punya kebutuhan yang berbeda, termasuk dalam menentukan prioritas. Misalnya, ada orang yang mendahulukan rumah dari pada mobil. Sebaliknya, ada pula yang jauh lebih mementingkan mobil pribadi dari pada memiliki rumah sendiri.
Ada orang yang lebih suka mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk kebutuhan rumah tangga, ada pula yang menghabiskan sebagian besar gaji bulanan hanya untuk rekreasi dan gonta ganti perangkat seluler keluaran terbaru.
Kedua, perkiraan rata – rata penghasilan per bulan. Meskipun misalnya, Anda bukan seorang karyawan yang tidak memiliki penghasilan tetap, namun Anda harus dapat memperkirakan berapa jumlah nominal uang yang dapat Anda hasilkan dalam periode tertentu. Ingatlah bahwa bila penghasilan cenderung tidak tetap maka janganlah membuat anggaran yang terlalu optimistis, ini artinya lebih baik anggaran pribadi Anda sisakan untuk tabungan hari depan. Sebab apabila meleset dari semua perkiraan yang Anda buat secara optimis, besar kemungkinan Anda akan mencari pinjaman ke relationship Anda yang ada dengan situasi penghasilan periode berikutnya yang belum pasti. Itupun kalau niat untuk berhutang tercapai yang bisa Anda dapatkan dari orang-orang terdekat Anda, namun bila tidak tercapai bisa – bisa Anda mengambil pilihan dengan cara pinjaman online dengan segala resiko yang sangat besar.
Mudah – mudahan hal seperti ini tidak terjadi dalam urusan keuangan bila kita bijak mengatur gaji setiap bulannya.

Ketiga, cocokkan kebutuhan Anda dengan rata-rata penghasilan per bulan. Tidak selamanya apa yang kita butuhkan dapat ditutupi dengan penghasilan yang kita miliki. Untuk itu, pengeluaran harus dicocokkan dengan segala sumber penghasilan yang ada. Dengan kata lain, dalam anggaran itu Anda harus membuat daftar prioritas pengeluaran setiap periode, sehingga Anda tahu betul yang mana – mana saja yang mesti didahulukan.

Keempat, jangan menganggap setiap bulan Anda harus memiliki kategori pengeluaran yang sama. Dalam hal ini, kita tidak pernah dapat memastikan pengeluaran mana yang akan lebih dominan pada bulan atau periode waktu berikutnya. Karena itu, hindari kategori yang kaku, sesuaikan saja pengeluaran dan penghasilan.

Memang postingan yang dibuat sehatjiwaraga.com ini  bersifat asumtif, meskipun hanya sebatas perkiraan, namun artikel sehat jiwa raga ini cukup praktis untuk diterapkan, tinggal bagaimana Anda menyesuaikan dengan situasi yang sebenarnya. Dan lagi pula Anda tidak perlu terikat pada perhitungan ini. Selamat mencoba.

Salam Sehat jiwa raga !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *